Setiap jurusan kuliah sepertinya punya mitos atau stereotype masing-masing, ya. Misalnya aja jurusan Ilmu Komunikasi yang katanya seluruh mahasiswanya pasti pinter ngomong atau Desain Komunikasi Visual yang kuliahnya cuma gambar. Padahal kenyataannya tentu nggak seperti itu, kan? Nah, hal yang sama juga dirasakan oleh jurusan Sastra, nih. Kamu yang kuliah di jurusan Sastra pasti sudah hapal banget dengan berbagai mitos berikut ini.
“Selama kuliah cuma belajar literatur.”
Sastra memang berhubungan dekat dengan literatur, sih, tapi bukan berarti kamu cuma belajar tentang literatur selama empat tahun kuliah di jurusan Sastra. Tiap jurusan Sastra biasanya terbagi lagi menjadi beberapa peminatan.
Di jurusan Sastra Inggris, misalnya, kamu bisa pilih mau lanjut ke peminatan linguistik, sastra, atau penerjemahan. Nah, kalau ambil peminatan sastra, kamu memang bakal lebih banyak belajar tentang literatur seperti novel atau puisi. Namun, kalau lebih memilih peminatan linguistik, misalnya, kamu bakal lebih banyak belajar tentang kebahasaan.
“Skripsinya pasti diminta untuk menulis novel.”
Mau itu kuliah jurusan Sastra Inggris, Sastra Indonesia, bahkan Sastra Jepang sekali pun, banyak orang mengira kalau tugas akhir para mahasiswanya adalah membuat novel. Tentu saja hal ini nggak benar. Bukan membuat novel, melainkan menganalisisnya. Tapi bukan novel aja kok yang bisa dianalisis untuk skripsi di jurusan Sastra. Kamu juga bisa menganalisis, drama, puisi, hingga film sekali pun. Jenis analisisnya pun beragam, ada yang menggunakan teori sastra atau justru menganalisis dari segi bahasanya.
“Kuliah jurusan Sastra itu nggak bergengsi.”
Hari gini pilih jurusan kuliah cuma buat mikirin gengsi? It’s so last year. Coba deh dipikir-pikir lagi, apa sih tujuan kamu kuliah? Tentu biar bisa memperkaya ilmu, memperdalam skill, dan sebagai bekal untuk masuk ke dunia kerja nanti. Syukur-syukur kalau kamu bisa kuliah dan bekerja di bidang yang memang kamu sukai, kan?
Jadi, kalau memang Sastra merupakan pilihan kamu sendiri dan kamu pun enjoy menjalaninya, kenapa harus malu? Ingat, nggak ada ilmu yang nggak berguna. Seluruh ilmu dan pengalaman yang kamu dapatkan selama kuliah di Sastra pasti bakal membantu kamu untuk membentuk masa depan yang lebih baik.
“Anak Sastra pasti jago menerjemahkan bahasa.”
Memang, nggak menutup keinginan kalau anak jurusan Sastra jago menerjemahkan bahasa. Namun, mungkin nggak bisa kamu sama ratakan semuanya. Lagi pula, menerjemahkan bahasa itu nggak mudah lho, baik dalam bentuk teks maupun lisan. Itulah kenapa sampai ada peminatan khusus untuk bidang penerjemahan. Jadi, jangan langsung menggeneralisir kalau semua anak Sastra pasti jago menerjemahkan bahasa. Beda anak, pasti beda pula keahlian yang mereka punya.
“Lulusan jurusan Sastra pasti jadi sastrawan.”
Cuma karena nama jurusannya adalah sastra, bukan berarti kamu pasti bakal menjadi sastrawan setelah lulus kuliah nanti. Justru sebetulnya prospek kerja lulusan Sastra itu cukup luas, lho. Well, yes, kemungkinan untuk jadi sastrawan itu bakal selalu ada. Dan kalau kamu memang ingin menekuninya, why not? You do you!
Tapi buat kamu yang ingin mengeksplor kesempatan lain, masih banyak kemungkinan profesi yang bisa kamu jajaki. Lulusan Sastra biasanya dibutuhkan untuk mengisi posisi content writer, copywriter, editor, asisten editor, penerjemah, bahkan hingga bidang public relations.
Sekarang kamu sudah tahu, kan, kalau kebanyakan anggapan, mitos, atau stereotype yang beredar di masyarakat tentang Sastra ternyata nggak sepenuhnya benar. Semoga kamu nggak lagi ragu buat kuliah di jurusan ini, ya. Yang penting, sih, persiapkan diri dulu saja sebaik mungkin biar bisa diterima di jurusan Sastra impian kamu!
Photo Credit: Pexels